Desa Tenganan merupakan salah satu desa dari tiga desa Bali Aga, selain Trunyan dan Sembiran. Bali Aga adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang mereka
Pada desa tengenan, arsitektur rumah balai-balai pertemuan dan pura yang dibangun, sangat mempertahankan aturan adat istiadat secara turun – temurun. Ciri – ciri bangunan rumah penduduk desa Bali Aga, terbuat dari campuran batu merah, batu sungai, tanah dan mempunyai ukuran yang relatif sama.Gaya hidup masyarakat Desa Tengenan, masih berpedoman pada peraturan dan adat istiadat peninggalan leluhur, dari jaman sebelum kerajaan Majapahit.
Memiliki Budaya Yang Unik
Profesi penduduk-penduduk desa Tenganan Karangasem, umumnya sebagai petani padi. Sebagian kecil ada juga sebagai pengerajin. Penduduk di desa Tenganan Karangasem dalam membuat hasil kerajinan masih menggunakan metode lama yang diwariskan oleh leluhur mereka. Kerajinan khas penduduk desa antara lain, anyaman bambu, ukir – ukiran, lukisan diatas daun lontar serta kain tenun atau yang bisa dibilang kain Gringsing.
Perang Pandan Desa Tenganan Karangasem
Penduduk desa, memiliki tradisi yang sangat unik dan menjadi daya tarik utama pariwisata Tenganan Pegringsingan. Setiap tahun antara bulan Juni dan Juli, digelar tradisi Mekare-kare/Mageret Pandan (perang pandan). Yaitu ritual sepasang pemuda desa, saling sayat menggunakan duri – duri dari daun pandan di atas panggung. Akibat sayatan duri daun pandan tersebut, akan menimbulkan luka di punggung pemuda desa.
Setelah selesai perang pandan, luka akan diobati dengan obat tradisional antiseptik dari bahan umbi – umbian. Saat diolesi obat, punggung para pemuda akan terasa sangat perih. Luka tersebut akan mengering dan sembuh dalam beberapa hari. Tradisi ini dilakukan untuk melatih mental dan fisik warga desa. Pada saat acara perang pandan pertengahan bulan July, anda akan melihat banyak fotografer yang meliput acara ini.